Halaman

Sabtu, 20 Juli 2013

jangan ceroboh nanti cerobongnya mampet

jangan ceroboh nanti cerobongnya mampet
 by about me and kompilasi
sidi nurzengky ibrahim
 awal
-------
jangan marah kata orang tua menasehatiku, lataghdhab
proses
----------
jangan ceroboh nanti cerobongnya mampet, maksudmu, tungku penghangat dikala dingin dan penghangat jiwamu mampet, oh maksudnya marahbisastres
akhirnya tulisan diperkaya dengan tulisan lainnya lihat digoogle maka akan ketemu dia tulis yang bagus menurut hemat saya lihat lebih lanjut
====
sumber sebagai saduran tambahan


LA TAGHDHAB ! bisa dilihat endri notes atawa saudari nurul makkiyah

[65] Laa Taghdhab (Janganlah Marah)

 
 
 
 
 
 
4 Votes

Sahabat, pernahkah kita merasa jengkel pada anak kecil?? Jengkel karna ulahnya, kesel atas polahnya, gemes terhadap kenakalannya?? Atau bahkan pengeeen marah kalau liat anak kecil yang mulai ngeselin.  Upssss, tunggu dulu kawan, jangan sampai kita marah bukan pada tempatnya ya. Semalem liat sekilas acara da’i muda di antv, salah satu peserta da’i ikhwan menyebutkan salah satu dari hadist Arba’in terkait tentang marah…
Abu Hurairah ra menerangkan bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Berilah aku wasiat”. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda “Laa Taghdhab” (Janganlah marah). Lalu ia minta wasiat lagi sampai beberapa kali. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Laa Taghdhab” (Janganlah marah). [Imam Bukhari]

author

Nurul Makkiyah 

dalam Life to Learn, Learn to Life


Saya awali dengan sebuah kalimat dalam bahasa Arab yang sudah tidak asing ditelinga kita. “LA TAHZAN”. Yap! Dalam bahasa Indonesia artinya Jangan Bersedih. Kata tersebut sudah sangat familiar sekali. Karena sudah semakin banyak buku-buku yang membahas tentang La Tahzan atau Jangan Bersedih. Nah, di tulisan saya kali ini saya akan perkenalkan kata baru selain La Tahzan, yaitu LA TAGHDHAB! Yang dalam bahasa kita artinya Jangan Marah.
Perkataan ini saya ambil dari sebuah Hadits Riwayat Bukhari bahwa ada seorang laki-laki yang meminta pesan kepada Rasulullah SAW. “Ya Rasulullah, berpesanlah kepadaku.” Kemudian Rasul menjawab, “La taghdhab!” Laki-laki tersebut kemudian bertanya berulang-ulang, tetapi Rasulullah SAW tetap berpesan denga hal yang sama, “La taghdhab!”
Artinya, begitu pentingnya pesan tersebut sampai Rasulullah SAW mengulanginya berkali-kali dan begitu pentingnya kita menahan marah terhadap apapun dan siapapun, tidak terkecuali kepada seorang anak. Rasulullah SAW suatu ketika pernah didatangi oleh seorang anak muda dan berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan saya berzina.”
Mendengar itu, orang-orang yang ada di sekitar langsung marah dan menumpahkan kemarahannya dengan menghampiri dan memaki, “Celaka engkau! Celaka engkau!”
Sedangkan Rasulullah SAW kemudian mendekati anak muda tersebut dan duduk di sampingnya. Rasulullah SAW bertanya, “ Apakah engkau ingin hal itu (zina) terjadi pada ibumu?”
Anak muda tersebut menjawab, “Tidak. Demi Allah yang menjadikanku sebagai tebusan Tuan.”
Rasulullah SAW menanggapi, “ Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada ibu mereka. Apakah engkau ingin hal itu terjadi pada saudara perempuanmu?”
Anak muda itu menjawab, “Tidak. Demi Allah yang menjadikanku sebagai tebusan Tuan.”
Rasulullah SAW menanggapi, “ Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada saudara-saudari mereka.”
Rasulullah SAW kemudian kembali bertanya, “Apakah engkau ingin hal itu terjadi pada saudara perempuan bapakmu?”
Anak muda itu kembali menjawab, “Tidak. Demi Allah yang menjadikanku sebagai tebusan Tuan.”
Rasulullah SAW menanggapi, “ Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada saudara perempuan bapak mereka. Apakah engkau ingin hal itu terjadi pada saudara perempuan ibumu?”
Anak muda itu memberi jawaban yang sama, “Tidak. Demi Allah yang menjadikanku sebagai tebusan Tuan.”
Rasulullah SAW menanggapi, “ Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada saudara perempuan ibu mereka.”
Kemudian setelah itu, Rasulullah SAW memegang dada anak muda tersebut sambil berkata, “Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan peliharalah kemaluannya.”
Setelah peristiwa tersebut, anak muda tadi menjadi orang yang arif dan bahkan menjadi sangat membenci perzinahan.
Nah. NNah. Nah. Kisah tersebut adalah contoh bagaimana harus bersikap kepada seorang anak. Entah itu balita, remaja, atau bahkan dewasa. Kita diharuskan tenang. Tidak marah. Karena saya masih suka miris melihat seorang ibu atau ayah memarahi anaknya dengan marah. Walaupun itu dilakukan dengan nada yang pelan. Karena nada yang pelan, belum tentu tidak marah. Begitu pun dengan nada yang tinggi, itu juga belum tentu nada kemarahan, bisa jadi itu adalah nada ketegasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar