Tahun ini, 2020 merupakan awal dari berubahnya cara berpikir, interaksi, dan aktivitas kita sehari-hari. Bulan Maret tepatnya. Semua takut, cemas, parno, stay at home, work from home dan masih banyak sesuatunya untuk Indonesia dan Dunia ini.
Saya tak pernah berpikir kalau manusia itu sama seperti kambing yang mengembe satu pasti yang lain akan ikut, atau sama seperti Mpok Ati yang latah maka semua orang yang ada di sekitarnya akan latah semua. Satu kata yang baru dan yang paling viral di tahun ini adalah CORONA VIRUS (COVID 19), makhluk yang sangat kecil dan ditakuti oleh semua orang di dunia. Mendengar kata Covid semua orang langsung parno, masker yang ga laku jadi mahal banget harganya, thermometer tembak dicari untuk keperluan setiap kantor ataupun gedung-gedung yang jelas pasti harganya naik juga, vitamin C habis dipasaran termasuk You C 1000, dan yang terakhir handwash sama handsanitizer naik daun sama seperti alat kesehatan lainnya. Untung aja, semua orang ga berusaha jadi dokter dadakan buat mencari keuntungan. Padahal klo ada yang jadi dokter dadakan pasti laku juga, atau karena takut berlama-lama memakai APD (Alat Pelindung Diri) berjam-jam setiap harinya.
Memang ga salah 100% apa yang kita lakukan selama ini, tapi kenapa baru sadar ketika Covid itu berubah jadi Monster Raksasa yang harus ada Ultraman untuk melawannya. Covid itu, merubah Dunia menjadi lebih baik, sebagai contoh orang tua yang sibuk kerja dan ga pernah ketemu dengan anak dan keluarga selama beberapa bulan bisa kumpul, macet di Jakarta yang ga bisa di selesaikan dengan 3 in 1 sampai ganjil genap bisa selesai dengan adanya Covid, polusi udara akibat kota-kota besar dan industri dunia yang merusak lapisan ozon bisa berdampak terhadap pengurangan polusi itu selama beberapa bulan ini.
Setiap hari selalu bertambah jumlahnya dan ga pakai simbol lain seperti di kurang biar balace atau surplus, padahal dalam kehidupan dan pelajaran itu simbol ga satu aja kan ya. Itu mungkin salah satu yang membuat kita parno. Dengan kita parno bisa jadi imunitas tubuh kita bisa jadi turun atau lemah. Padahal kunci dari Covid menurut beberapa dokter itu dengan imunitas kita yang kuat pasti Covid akan kalah.
Dalam perang antara manusia dan Covid sebenarnya ada di lingkungan kesehatan, seperti dokter, perawat, sampai juga office boy rumah sakit. Mereka yang tangguh berjuang untuk melawan Covid. Pasien dengan keadaan apapun mereka terima dan rawat sedemikian rupa supaya sehat kembali. Tapi apa kita pernah berpikir kalau dokter cs itu ga takut dengan Covid, hanya manusia yang sudah meninggal aja yang ga takut Covid. Mereka semua pasti takut sama Covid.
Andai Covid itu terlihat seperti maling pasti polisi yang tangkap, kalau seperti koruptor pasti KPK yang tangkap. Tapi ternyata Covid ga bisa dilihat mata telanjang, maka mereka yang punya kompetensi saja yang menanganinya.
Dokter bekerja bukan berdasarkan sistem kirokirologi atau juga dengan rasa empati tinggi. Justru mereka bekerja dengan kecerdasan, pengalaman, ilmu, dan pikiran jernih mereka karena sayang dan cintanya mereka semua sesama manusia. Kita dapat belajar dari seorang dokter, dokter sayang kepada pasien pasti akan di berikan obat bukan sirup. Apakah sama dengan guru ???
Orang tua sayang sama anaknya pasti akan kasih mainan dan makanan yang enak buat anaknya. Salah ga itu ya ???
Sebenarnya ga salah, tapi kita harus lihat apa yang kita kasih sebagai orang tua sudah tepat memberikan itu kepada anak atau belum. Sama seperti dokter, mereka memberikan obat yang pahit juga mempunyai guna untuk menyembuhkan bukan untuk meracuni. Berarti guru juga harus melihat bagaimana seorang dokter itu berpikir, bekerja, dan bertindak. Supaya ga ada kesalahan dan menjadi penyesalan guru-guru yang ada. Bisa jadi para koruptor, maling, dan mereka yang menjadi sampah masyarakat ada karena gurunya juga yang terlalu sayang sama muridnya.
By : PutraNurzi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar